Pacitan: Mengintip Surga Jawa Timur Yang Tersembunyi


Catatan Perjalanan:

Pacitan: Mengintip Surga Jawa Timur Yang Tersembunyi

(21-22 Januari 2012)

Oleh: Mufatis Maqdum

Kali ini Saya akan mengajak sebentar saja untuk mengintip salah satu diantara surga-surga yang tersembunyi di bumi pertiwi Kita. Tanah air ini memiliki banyak sekali lokasi-lokasi yang sudah mendunia, namun ada pula beberapa yang masih dipandang sebelah mata atau bahkan tidak banyak diketahui khalayak. Maka yang menjadi catatan perjalanan Saya kali ini adalah ke “Kota 1001 Goa”, yakni Pacitan di Jawa Timur. Tahukan anda kenapa Pacitan memiliki julukan kota 1001 goa, itu karena kota ini memiliki banyak sekali goa yang indah, yang mana kian hari makin banyak ditemukan goa-goa yang tersebar di seluruh kawasan Pacitan. Namun selain memiliki goa-goa yang eksotis, namun wilayah Pacitan juga menyimpan banyak pantai-pantai yang tak kalah indahnya. Hari jumat 21-01-2012 seusai menunaikan ibadah sholat jumat Saya mempersiapkan segalanya untuk memulai perjalanan kali ini, mulai dari peralatan mandi, pakaian dsb. Tak lupa juga Saya menghubungi seorang sahabat yang tinggal di Pacitan untuk sekedar memberi kabar tentang kepastian Saya menuju kota tersebut, karena nanti disana Saya akan berkeliling Pacitan dengannya. Jarum jam menunjukkan pukul 21.30 WIB, setelah Saya rasa sudah siap maka Saya pun bergegas keluar rumah menuju jalan raya untuk menaiki bus jurusan Pacitan. Bus dari Surabaya yang langsung menuju Pacitan via Ponorogo tidaklah banyak karena hanya dilayani oleh PO. Aneka Jaya, itupun tidak tiap waktu selalu lewat seperti bus lainnya, namun bus ini memiliki jam-jam tertentu. Sebenarnya ada pula rute lain menuju Pacitan yakni via Ponorogo, dengan oper bus kecil di terminal Ponorogo atau Madiun untuk menuju Pacitan. Hal ini memang dikarenakan medan jalan dari Ponorogo menuju Pacitan itu melewati pegunungan yang kaya dengan tanjakan dan tingkungan, bahkan untuk melewati beberapa ruas harus bergantian, akan tetapi bus besar yang berani melewati jalur tersebut hanyalah PO. Aneka Jaya, selebihnya cuma bis-bis kecil, maka pantas saja PO.Aneka Jaya yang merajai rute tersebut. Pada waktu itu, hingga pukul 23.45 Saya masih menunggu di pasar Peterongan dan tidak kunjung juga menemui bus tersebut, apalagi ditambah Saya mendapat kabar dari teman jika di terminal Bungurasih Surabaya saat itu sedang terjadi lonjakan penumpang serta kehabisan bus, hal ini dikarenakan hari libur sekarang bertepatan dengan libur Imlek. Waktu itu hampir Saya putus asa disamping karena rasa lelah dan kantuk mulai datang, sesaat timbul fikiran Saya untuk transit Ponorogo oper bis kecil menuju Pacitan, namun Saya yang lebih dari waktu satu jam bengong disitu sesaat kemudian saya diberi tahu oleh tukang becak bahwa jika tidak macet biasanya bus Aneka Jaya terakhir menuju Pacitan akan lewat Peterongan jam 23.50, dan ternyata benar juga apa kata orang itu, pas tepat jam 23.50 lewatlah bus Aneka Jaya jurusan Surabaya-Ponorogo-Pacitan. Maka dengan rasa syukur akhirnya Saya pun bergegas berlari untuk menaiki bus tersebut karena yang ada dalam benak Saya ialah istirahat total di bus dan kemudian besok menikmati jalan-jalan. Pintu pun dibuka oleh kondektur dan Saya pun naik ke dalam bis. Diluar perkiraan saya, ternyata di dalamnya sudah penuh sesak dengan penumpang bahkan ruang berdiri pun hampir habis. Saya kemudian mencari posisi yang enak buat berdiri, setelah menemukan posisi yang tepat maka saya pun membayar ongkos perjalanan ke Pacitan, cukup dengan Rp30.000,- dari Peterongan menuju ke Pacitan dengan PO. Aneka Jaya pada waktu itu. Tak lupa Saya bertanya kepada si Kondektur dimana kota tujuan terdekat penumpang akan banyak yang turun, namun jawaban kondektur benar-benar membuat saya lemas, karena menurut si kondektur penumpang terdekat akan turun selepas Ponorogo hingga Pacitan. Sejenak terbayang dalam benak Saya, betapa jauhnya jarak yang akan Saya tempuh dengan keadaan berdiri dalam bis mulai dari Peterongan hingga Pacitan, mulai Jombang-Nganjuk-Madiun-Ponorogo-Pacitan, Saya pun berdoa moga diberi kekuatan untuk berdiri hingga sampai tujuan, kemudian mencari posisi yang benar-benar enak untuk berdiri dalam jangka waktu yang lama. Bus yang saya naiki adalah PO. Aneka Jaya terkhir tujuan Pacitan yang berangkat dari Surabaya, perlu diketahui jadwal keberangkatan bus tersebut ialah: Surabaya                    Pacitan 08:34                           04:20 13:09                           09:50 17:53                           14:20 22:40                           23:00 dikarenakan bus yang saya naiki adalah bus terakhir dan malam hari, maka penumpangnya pun rata-rata jarak jauh menuju Pacitan semuanya. Beruntung bus tersebut berjalan di malam hari, maka bus pun berjalan dengan kencang, saya pun juga berharap agar lebih cepat sampai tujuan supaya tidak terlalu lama berdiri. Hal yang membuat miris ialah saya merasa kasihan kepada ibu-ibu yang juga ikut berdiri, namun para penumpang yang mendapat kursi duduk hampir semuanya sudah tertidur pulas, bahkan sesampainya di terminal Nganjuk pun ada beberapa penumpang yang memilih tidak melanjutkan perjalanan ke Pacitan dikarenakan tidak kuat dengan keadaan di dalam bus yang penuh sesak hingga berdiri sedang penumpangnya paling dekat baru akan ada yang turun di terminal Ponorogo. Bus pun melaju dengan cukup kencang, perjalanan di jalanan Perak hingga Kertosono bus pun mendahului banyak truk-truk yang beropreasi di malam hari, hingga lepas terminal Nganjuk bus tersebut masih menambah penumpang. Memasuki kawasan Saradan yang jalannya berkelak-kelok pun bus masih melaju dengan kencang, dalam benak Saya ternyata kencang juga bus ini lajunya, apalagi bus ini didukung mesin Hino RK, membuat lari bus ini semakin ringan. Hingga memasuki terminal madiun Saya pun masih dalam keadaan berdiri dan bus masih penuh sesak penumpang, dalam keadaan seperti itupun di terminal Madiun masih saja menambah Penumpang, namun kebanyakan penumpang yang naik dari Terminal Madiun mereka yang mau ke Ponorogo dan sekitarnya. Perjalanan pun dilanjutkan kembali, jalanan Madiun-Ponorogo yang hanya 2 lajur membuat jalur jalan raya ini tergolong kecil, namun dikarenakan waktu itu masih dini hari membuat jalanan masih sepi dan bus pun kembali melaju kencang, waktu itu dalam benak saya semoga cepat sampai Ponorogo dengan harapan banyak penumpang yang turun hingga Saya mendapat kursi duduk, karena Saya mulai merasa lelah dan mengantuk. Sesampainya di Ponorogo benar adanya banyak yang turun, namun penumpang yang turun kebanyakan mereka yang berdiri seperti halnya Saya, sedang mereka yang mendapat kursi duduk ternyata kebanyakan orang Pacitan sendiri, ditambah lagi di terminal Ponorogo bus pun masih menambah penumpang. Akhirnya Saya harus kembali bersabar, dan dengan segera bus pun kembali melaju ke Pacitan. Jalanan Ponorogo-Pacitan dikenal jalannya kecil dengan banyak tingkungan dan tanjakan, dikarenakan rute Ponorogo-Pacitan melewati pegununga, satu sisi tebing dan satu sisi jurang, dan memang PO. Aneka Jaya ini top banget menurut Saya, karena menurut informasi yang Saya dapat, bus umum besar yang berani melewati rute Ponorogo-Pacitan hanya PO. Aneka Jaya. Ternyata benar adanya, melewati rute yang memiliki banyak tingkungan dan tanjakan namun bus ini masih melaju dengan cukup kencang, sambil digoyang-goyang di dalam bus, banyak sekali penumpang yang tidak kuat dan akhirnya muntah-muntah, setelah sekitar 2 jam perjalanan syukurlah akhirnya sampai juga di Pacitan, sejenak Saya mendapatkan tempat duduk pun membuat Saya masih kurang untuk merelaksasi setelah berdiri dalam bus cukup lama, dan hingga tepat jam 04.25 akhirnya saya sampai juga di terminal Pacitan. “Selamat datang di Pacitan, Kota 1001 Goa”, itulah yang ada dalam benak Saya, dengan rasa senang akhirnya sampai juga di sisi ujung Jawa Timur ini. namun pada waktu itu suasana masih subuh, masih terlalu pagi untuk jalan-jalan, teman Saya pun masih tidur belum bangun saat Saya beri kabar jika posisi Saya sudah sampai di terminal Pacitan, akhirnya Saya mencari toilet kemudian melaksanakan sholat Subuh dan dilanjutkan mencari warung kopi di sekitar terminal untuk sekedar menghilangkan rasa kantuk dan lelah setelah semalaman berdiri dan tidak tidur dalam perjalanan. Tak lama kemudian sekitar jam 6 saya diberi kabar dari teman Saya jika ia akan menjemput Saya sebelum jam 7, akhirnya Saya pun segera mencari tempat mandi untuk sekedar membersihkan dan menyegarkan badan. Sesaat kemudian datanglah teman Saya dengan sepeda motor menjemput Saya di terminal, karena kali ini Saya akan jalan-jalan dengan menaiki sepeda motor. Setelah sedikit bercuap-cuap dengannya, Saya bertanya perihal rute yang akan kami jalani, menurut teman Saya, lebih enak ke salah satu yang menjadi ikon Pacitan dulu, yakni Goa Gong, karena masih pagi, jadi disana masih tidak terlalu ramai. Perjalanan pertama pun Kami mulai, rute pertama ialah menuju Goa Gong, tepat jam 07.30 kami mulai berangkat, sepanjang perjalanan disuguhi dengan pemandangan alam khas Pacitan, dengan perjalanan menyusuri lereng perbukitan sambil memandang jauh ke lautan lepas pesisir pantai Pacitan sungguh perjalanan yang tidak membosankan membuat rasa lelah dan kantuk perjalanan semalam yang begitu melelahkan menjadi hilang seketika, namun sebelum sampai ke lokasi Goa Gong tepatnya kurang 2km lagi ternyata turun hujan sehingga membuat perjalanan Kami harus berhenti sejenak di gubuk pinggir jalan, memang semalam wilayah Pacitan dan sekitarnya diguyur hujan hingga pagi hari, bahkan saat perjalanan semalam ketika di daerah pegunungan perbatasan Ponorogo-Pacitan pun perjalanan bus sempat terhenti sejenak karena ada longsor kecil dan pohon tumbang yang melintang di tengah jalan, namun setelah kami rasa hujan cukup reda sitar 10 menit kemudian Kami pun melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tepat jam 08.30 sampailah di lokasi Goa Gong. Langsung saja kami memarkir kendaraan di lokasi parkir yang tersedia, kemudian menuju peron tiket. Cukup dengan Rp5000,- per orang untuk mendapat tiket masuk Goa Gong. Kemudian Kami menyusuri tangga naik menuju lokasi, dan tak lama kemudian sampailah di mulut Goa, disana terdapat banyak orang yang menawarkan persewaan senter buat yang membutuhkan penerangan lebih selama berada menyusuri Goa, cukup dengan biaya Rp3000,- per senter Kami pun menyewa sebuah senter ukuran besar. Kami pun mulai masuk mulut Goa, ternyata dalam bayangan Saya Goa Gong Cuma kecil ternyata salah besar, Goa ini sangat besar dan lumayan dalam, di dalamnya banyak sekali bebatuan hasil proses alam yang begitu menakjubkan. Sungguh indah sekali keadaan di dalam goa ini. Puas berkeliling menyusuri Goa Gong, perjalanan pun Kami lanjutkan menuju ke Pantai Teleng Ria yang berada di sekitar kota Pacitan, meskipun perjalanan dari Goa Gong menuju Pantai tersebut melewati banyak sekali lokasi eksotis lainnya semisal Goa Tabuhan, Pantai Klayar, Pantai Serau dsb. Namun karena melihat estimasi  waktu untuk kami jalan-jalan tidak mencukupi jika Kami harus menyusuri semuanya disamping Kami harus mengejar jam agar tidak tertinggal bis terakhir menuju Lorok rumah teman Saya. Sekitar perjalanan selama 45 menit sampai juga di pantai Teleng Ria, karcis masuk hanya Rp5000,- per orang. Langsung saja setelah membayar karcis masuk maka Kami langsung menuju ke pantai. Saat itu memang cuaca Pacitan sedang bersahabat, tidak panas dan tidak pula hujan, namun mendung tetap menyelimuti Pacitan sehingga suasananya sangat mendukung. Kami parkir kendaraan di bibir pantai, langsung saja kami bersantai di bibir pantai sambil menikmati suasana Pantai Teleng Ria yang sering menjadi tujuan utama warga sekitar Pacitan, karena disamping karcis masuk yang terjangkau namun juga akses masuk lokasi yang mudah dan terletak di sekitar kota Pacitan. Puas menikmati suasana pantai Teleng Ria, kami lanjut ke pusat oleh-oleh khas Pacitan yang ada di lokasi pantai tersebut. Setelah selesai belanja sedikit buah tangan, maka selepas dhuhur kami langsung menuju ke terminal Pacitan untuk melanjutkan perjalanan ke Lorok menuju rumah teman Saya tersebut. Perjalanan ke Lorok memakan waktu sekitar hampir 2 jam, dengan kendaraan bus kecil roda 4 yang melewati lereng pegunungan dengan jalanan yang berkelak-kelok melebihi rute Ponorogo-Pacitan yang semalam Saya lewati. Dengan membayar ongkos Rp12.000,- per orang Kami pun melaju dari Pacitan menuju Lorok, memang sepanjang perjalanan Kami juga mendapat sajian pemandangan perbukitan dan laut lepas ala khas Pacitan, namun karena kondisi fisik yang mulai habis karena semalaman belum istirahat tidur, maka selama perjalanan itu Saya pun tertidur pulas meskipun sering bangun karena jalanan yang bergelombang dan penuh dengan tanjakan serta tingkungan tajam. Setelah melewati perjalanan yang begitu melelahkan, akhirnya sampai juga di Lorok, kawasan ini benar-benar indah, dengan pemandangan sekitar yang di kelilingi pegunungan, suasana hijau asri yang masih terjaga yang membuat udara sekitar masih segar, serta dekat dengan laut lepas yang lebih indah lagi. Lautan lepas di kawasan Lorok di lewati Jalur Lintas Selatan, namun jalan itu masih belum rampung, jalur yang rencananya menyisiri sisi selatan pulau Jawa itu jika sudah terealisasi benar-benar akan menjadi jalur yang indah, karena melewati jalur sisi pantai selatan pulau jawa. Setibanya di rumah teman Saya, maka segera kami membersihkan diri serta mengisi perut untuk menambah tenaga, karena rute selanjutnya kami akan berkeliling ke pantai-pantai yang ada di sekitar Lorok. Sore itu ketika kami akan keluar berangkat tiba-tiba hujan turun lagi, maka Kami sejenak menunggu hujan reda, benar juga ternyata sebentar saja Kami menunggu hujan pun reda, kemudian Kami langsung menuju jalur lintas selatan di kawasan Lorok, kemudian Kami sampai di jalur lintas selatan. Lagi-lagi benar juga disana Saya disuguhi pemandangan pantai yang tak kalah indahnya dan masih belum banyak dijamah oleh manusia, mulai pantai Taman, tempat pelelangan ikan hingga pantai sekitar jalanan Jalur Lintas Selatan. Kami pun menyusuri satu persatu hingga menghabiskan waktu sore sampai masuk waktu maghrib. Begitu setelahnya, kamipun mulai beranjak kembali ke rumah untuk istirahat mengumpulkan tenaga pulang ke Jombang esok harinya. Keesokan harinya Saya pun berpamitan, dan diantar ke terminal Lorok untuk mencari bus tujuan Lorok-Trenggalek, karena setelah difikir kembali, jika Saya kembali ke Pacitan kota untuk menempuh jalur Ponorogo-Madiun-Nganjuk-Jombang, maka saya akan kembali lagi, disamping di terminal Pacitan saya harus menunggu bus PO. Aneka Jaya pada jam-jam tertentu atau oper-oper, padahal itu hari minggu, boleh jadi jika saya transit Madiun maka saya tetap tidak dapat tempat duduk dan berdiri lagi seperti saya waktu perjalanan berangkat. Akan tetapi jika saya melewati jalur Lorok-Panggul-Trenggalek-Tulungagung-Kediri-Kertosono-Jombang, maka Saya bisa memilih bebas bus besar dari terminal Trenggalek agar bisa lebih nyaman sampai rumah. Jarak dari rumah teman Saya ke terminal Lorok dekat, sesampainya di terminal Lorok saya langsung menaiki bus PO. Jaya Mandiri jurusan Lorok-Panggul-Trenggalek. Bus ini ukurannya kecil seperti ukuran bus PO. Puspa Indah. Dengan membayar ongkos sebesar Rp20.000,- untuk tujuan Trenggalek dengan waktu tempuh sekitar hampir 4 jam. Sebenarnya jarak tempuh rute Lorok-Panggul-Trenggalek hanya sekitar 80 km, namun yang menjadikannya lama ialah rute jalan yang melalui pegunungan dengan banyak tanjakan dan tingkungan serta didukung jalan yang rusak membuat perjalanan semakin terasa lama. Namun sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan yang indah pula, mulai pemandangan pantai dari tebing-tebing jalan, melihat PLTU Sudimoro-Pacitan, hingga pemandangan Pantai Pelang dari atas bukit yang menjadikan lamanya perjalanan tidak terasa begitu melelahkan karena menikmati pemandangan jalanan sekitar. Tak terasa hampir 4 jam perjalanan telah Saya tempuh akhirnya sampai juga di terminal Trenggalek. Langsung saja Saya menuju toliet dan menunaikan ibadah sholat sejenak. Setelah itu Saya menuju ruang tunggu untuk merilekskan diri setelah melalui perjalanan tadi sambil menunggu bus yang enak. Di terminal trenggalek sebenarnya ada juga bus Patas, namun setelah saya hitung kembali, maka untuk memangkas biaya Saya menunggu bus ATB. Di terminal Trenggalek tersedia bus AC Tarip Biasa PO. Pelita Indah dan PO. Harapan Jaya, namun jam terdekat untuk bus ATB sekitar jam 14.30 padahal waktu itu jam masih menunjukkan pukul 13.00. tapi untuk kenyamanan akhirnya Saya rela menunggu untuk mendapat Bus ATB tersebut. Hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 14.30, bus PO. Harapan Jaya AC Tarif Biasa masuk ke shelter pemberangkatan jurusan surabaya. Akhirnya dengan bergegas Saya segera menuju ke bus tersebut dan naik duduk di kursi duduk favorit Saya, yakni di pojok kanan depan belakang sopir. Bis yang saya naiki ini tergolong bis baru, dengan mesin Hino AK8 di bungkus bodi Sonic3 buatan karoseri Laksana dan ditambah smoking area membuat bis ini tampak mewah untuk ukuran bus ekonomi. Bus pun bertolak dari terminal Trenggalek sekitar jam 14.45, dan juga tak lupa dengan membayar ongkos karcis Rp12.000,- untuk tujuan Trenggalek-Peterongan. Selama perjalanan Saya sangat menikmati perjalanan karena busnya enak serta pak sopir setirannya juga enak. Hingga tak terasa jam 18.30 bus masuk wilayah Peterongan, itu artinya Saya harus bersiap-siap untuk turun. Perjalanan yang mengesankan ini tidak membuat saya rugi jauh-jauh ke Pacitan. Dan benarlah jika Pacitan itu memiliki potensi alam dan wisata yang sangat berlimpah ibarat surga Jawa Timur yang tersembunyi. Sampai jumpa Pacitan di kesempatan berikutnnya.

Categories: Jalan - Jalan | Tags: , , , , , , | 28 Comments

Post navigation

28 thoughts on “Pacitan: Mengintip Surga Jawa Timur Yang Tersembunyi

  1. anjaZ rudhi

    sippp..
    jangan kapok datang ke pacitan

    • yups…. tunggu aja agenda berikutnya….. orang pacitan juga ya……salam kenal….

  2. selamat menikmati keindahan alam indonesia sebelum go…..
    hehe…..

    perjuangan tiada akhir…
    untuk demi satu tujuan “kepuasan batin” yang tidak akan kita dapatkan tanpa keinginan dan perjuangan…..

  3. halo mas, anak jombang ya? Kebetulan aku dari jombang juga dan sebentar akan ke pacitan dipindah tugas kesana. Saya mau nanya, jadwal keberangkatan bus aneka jaya dari mojoagung ke pacitan sesuai yang diatas ya? Atau itu jadwal keberangkatan dari bungur? Mohon info mas di nomor 081337572293

  4. yups…… dari surabaya n dari pacitan…. tinggal menyesuaikan aja ditambah beberapa jam utk perjalanan dari surabaya ke mojoagungnya mas….. sekitar 1 jam lebih dikit lah….

  5. sugeng rawuh teng Pacitan mas, salam kenal… mas, saya izin copas tulisannya ya untuk tak cantumin di buku saya… terimakasih mas.. 🙂

  6. lily

    mas minta infone kalo rute perjalananya dari kediri untuk menuju ke PLTU sudimoro pacitan naik bus mana turun mana… gimana ancer2nya.. coz bln 9 pingin berkunjung lihat pltu sudimoro dan mampir ke pantai yg dekat daerah situ.. thx b4 it.

    • dari kediri naik bis harapan jaya atau pelita indah atau surya indah turun terminal trenggalek…. dari terminal trenggalek naik bis jurusan Lorok-Panggul-Trenggalek, tapi biasanya bus ini siang menjelang sore sudah habis di trenggalek… PLTU letaknya setelah panggul dan hampir mendekati kawasan Lorok,,, kelihatan di samping jalanan….. perlu diketahui juga, di lorok sore juga kadang sudah tidak ada bis…. jadi kalau mau kesana pakai bis baiknya diatur jamnya…. atau sekalian touring bablas pacitan,,,, kediri-trenggalek, trenggalek-lorok, lorok-pacitan….. heeee……

  7. sheilvie

    weleh”….. wez mahir jadi pemandu wisata jurusan suwargo mumpet.. n informan bis ,,
    bsok klo bawa pasukan aq siap mengantar smpk elek, tpi pke mobil aja..hahaha

    • hehehehe…. siaappp nyonyaaa…. kemaren cuma pemanasan n surveeyy…. ditunggu aja kejutan selanjutnyaa… amaziinngggg….

  8. Pingback: JELAJAH JALANAN, Kembali Menyapa Pesona Pacitan « Mufatis Maqdum

  9. ada foto yang jalannya masih pake tanah, padahal masih di pulau jawa

    • di tulisan saya selanjutnya yang juga tentang pacitan lebih banyak lagi….. n masih banyak foto yang belum terpublikasikan….. sangat berpotensi jika dikelola…..

    • itu jalan lintas selatan mas..dan proyek pda waktu itu belum selesai..

      jika anda kepacitannya saai ini ngk ada jalan yang pake tanah lagi..makasihh…

  10. Vivovonda

    gendheng kon ngadek nang bis teko pacitaan

  11. Pingback: EKSOTIK LOROK, ANTI BOSAN JELAJAH PACITAN – JAWA TIMUR – INDONESIA | Mufatis Maqdum

  12. Pingback: Selayang Pandang Pantai Pida’an, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia (2013) | Mufatis Maqdum

  13. rifqi

    mantap gan..kita explore INDONESIA sampek tuek..heee

  14. anwar

    ketika saya naik bus aneka jaya tujuan trenggalek lorok

  15. Pingback: Jalan – Jalan Pacitan (3) | Mufatis Maqdum

  16. ghy

    mas, klo dari kediri k pacitan yg langsung naik bus apa yah…

    • Kalo bus ga ada yang langsung mas, naik harapan jaya atau pelita indah oper di trenggalek. Kalo tujuan ke pacitan kota bisa via ponorogo, kediri-trenggalek-ponorogo-pacitan. Kalo tujuan ke lorok bisa via panggul, kediri-trenggalek-lorok.

    • Atau naik harapan jaya/pelita indah ke bra’an oper disana bus aneka jaya langsung pacitan. Bisa juga naik bus kawan kita oper aneka jaya di nganjuk.

Leave a reply to lily Cancel reply

Blog at WordPress.com.